Tintus, pelaut yang bekerja di pengeboran minyak lepas pantai, melihat putri cantik di tengah lautan. Hal ini dia ceritakan kepada Tigor, temannya. Tigor menganggap Tintus hanya melamunkan kekasihnya. Sesampai di darat, Tintus mendapatkan kenyataan pahit. Kekasihnya dibunuh oleh komplotan perampok, yang dipimpin Erna, bekas pacar Tintus yang sakit hati. Mengikuti ajakan Tigor, Tintus tak pergi ke laut lagi dan main band.
Sementara itu di dalam laut, putri duyung yang dilihat Tintus, tak dapat melupakan wajah Tintus. Ia ingin sekali pergi ke darat menemui Tintus. Sang Ratu Duyung melarang, tapi ia nekat pergi ke darat. Di daratan, ia banyak diganggu lelaki. Tintus bertemu putri duyung tadi yang bernama Insana. Insana bagai orang tolol, terkadang bagai orang sinting, terkadang lagi bagai orang desa masuk kota, dan tak bisa berbicara. Dan bila terlalu lama kering, maka ia gelagapan mencari air. Dan bila terkena air, maka ekornya tumbuh. Setelah kering, maka muncul kaki manusia.
Tintus mengajarinya bicara, membaca, dan belajar kehidupan manusia. Keduanya pun saling jatuh cinta. Kebahagiaan tak lama. Insana diculik Herman, atas suruhan Erna, dengan alasan takut kegiatan mereka ketahuan. Tintus dan Tigor bahu-membahu menumpas Herman dan komplotannya. Polisi datang membantu entah berita dari siapa. Tetapi Insana yang sudah terlalu lama disekap akhirnya ketahuan bahwa dia putri duyung dan minta dikembalikan ke air.
Produser : Sudjana Budiana
Sutradara : Atok Suharto
Penulis : Alim Bachtiar, Atok Suharto
Pemeran : Barry Prima, Gito Rollies, Erna Santoso, Eva Arnaz, Advent Bangun
Produksi : PT Budiana Film (1985)
sumber : filmindonesia.or.id