Ki Ageng Mangir Wanabaya, cucu dari trah Raja Brawijaya, berusaha menegakkan kembali kejayaan Majapahit dengan modal kesaktian tombak pusaka Baru Klinting. Keinginan itu tercium oleh prajurit sandi Mataram, melalui Tumenggung Joropati. Sulit bagi Mataram, karena memang Mangir memiliki kekuatan yang membahayakan. Maka dicarikan taktik dengan mengirim pertunjukan penari keliling dengan Pembayun, putri raja sendiri, sebagai umpan.
Rombongan berhasil mengadakan pertunjukan di pendapa Mangir, dan Pembayun berhasil memikat hatinya. Keduanya kemudian saling mencinta, walaupun sangat sulit bagi Pembayun, karena kekasihnya adalah musuh negara yang dipimpin ayahnya sendiri, Panembahan Senopati. Tak kuasa menahan beban, Pembayun akhirnya berterus terang terhadap Ki Mangir dan minta ampun sambil menyerahkan diri. Ki Mangir kemudian berhasil dibujuk untuk menghadap ke Mataram. Dengan watak ksatria dan cintanya terhadap Pembayun, Ki Mangir disertai rombongan menghadap Panembahan Senopati di istana Mataram. Joropati yang telah lama memendam cinta terhadap Pembayun, berusaha keras untuk membunuh dan melenyapkan Ki Mangir. Di pintu masuk keraton, ia memaksa Mangir menyerahkan kerisnya, padahal sebelumnya ia sudah menyerahkan tombak saktinya.
Terjadilah pertarungan tidak seimbang, hingga akhirnya sampai di hadapan Panembahan Senopati. Keduanya tewas di depan bangsal istana Mataram, dan Ki Mangir sujud di hadapan Panembahan Senopati. Tombak pusaka Baru Klinting berhasil dikuasai sebagai pusaka Mataram.
Produser : Handi Muljono
Sutradara : Bay Isbahi
Penulis : Hasmi
Pemeran : Teddy Purba, Hendra Cipta, Minati Atmanegara, Sitoresmi Prabuningrat, Sa Hazadji
Produksi : PT Kanta Indah Film (1983)
sumber : filmindonesia.or.id